Mie instan merupakan salah satu makanan yang paling banyak dikonsumsi
orang Indonesia. Makanan ini sangat
populer karena rasanya enak, mudah dan praktis dibuat, dan harganya pun
terjangkau. Bahkan negara kita menjadi produsen mie instan kedua
terbesar di dunia setelah Cina bahkan ekspor ke Belanda sampai Afrika. Data konsumsi per kapita 55 bungkus per tahun. Orang Indonesia rata-rata mengonsumsi rata-rata dalam 55 bungkus per tahun.
Banyak isu yang simpang siur seputar makanan instan ini yang membuat hati tidak tenang seperti mie mengandung lilin atau keseringan makan mie akan bisa menyebabkan
anak bodoh, penggunaan styrofoam kurang baik buat kesehatan, dan penggunaan bahan pengawet berbahaya. Ada baiknya kita mencari tahu apa yang terjadi sebenarnya dan tidak mudah percaya begitu saja.
1. Isu mie instan menggunakan lilin
Mie instan ini setelah dimasak nampak mengkilap. Itu disebabkan proses pembuatan mie
dilakukan dengan cara penggorengan sehingga begitu direbus minyak
kelihatan mengapung. Seiring dengan perkembangan, akhirnya dikenal dengan cara di oven (deep frying dan air hot drying).
Tujuannya untuk menghasilkan mie instan tapi tanpa minyak berlebihan. Deep frying ini digunakan untuk mengurangi kandungan minyak. Jadi mie instan tidak
menggunakan lilin. Lilin adalah senyawa inert untuk melindungi makanan agar
tidak basah dan cepat membusuk. Lilin sebenarnya ada pada makanan alami, seperti pada buah
apel dan kubis. Kubis jika dicuci dengan air tidak langsung basah, atau apel yang
jika di gosok akan mengilap. Itulah lilin yang memang diciptakan secara alami.
Mie instan, merupakan
produk mie kering, sama sekali tidak membutuhkan lilin. Air menguning
ketika memasak mie instan, sebenarnya didapat dari proses deep frying
yang berkadar minyak tinggi. Proses deep frying dilakukan agar kadar
air bisa ditekan sampai titik terendah, sehingga mie instan lebih awet.
Kadar minyak ini pasti tersisa pada mie dan menyebabkan mie instan
mengkilap, dan air rebusan jadi menguning dan berminyak. Dengan minyak ini, zat-zat tidak berguna
yang terdapat dalam mie dipisahkan, sehingga yang tersisa adalah zat-zat
yang memang diperlukan oleh tubuh.
2. Isu mie instan menggunakan bahan pengawet yang berbahaya bagi
kesehatan
Dalam proses
pembuatannya mie instan menggunakan metode khusus agar lebih awet, namun sama
sekali tidak berbahaya. Salah satu
cara pengawetan mie instan adalah deep frying yang bisa menekan rendah kadar
air (sekitar 5%). Metode lain adalah air hot drying (pengeringan dengan udara
panas). Inilah yang membuat mie instan dapat awet hingga 6 bulan, dengan syarat,
kemasan mie instan terlindung secara sempurna. Kadar air yang sangat minim ini, tidak
memungkinkan bakteri pembusuk hidup apalagi berkembang biak. Bahkan mie instan
tidak beraroma tengik serta tidak menggumpal basah. Langkah terakhir untuk
memastikan mie instan layak konsumsi adalah perhatikan dengan seksama tanggal
kadaluarsanya.
3. Isu penggunaan styrofoam pada mie instan yang berbahaya bagi kesehatan
Kemasan yang terbuat styrofoam untuk mie instan cup terbukti aman digunakan, karena telah melewati standar BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan). Cup yang dipakai mie instan adalah
styrofoam (expandable polysteren) yang khusus digunakan untuk makanan (food grade). Styrofoam ini
memang bisa menyerap panas. Ini terbukti setelah diseduh air panas,
tidak terasa panas di tangan ketika dipegang. Tetapi, karena proses
pressing-nya memenuhi standar, tidak menyebabkan molekul styrofoam larut
(rontok) bersama mie instan yang diseduh air panas.
Jadi, jika selama
ini khawatir dengan mie instan menempel pada cup-nya ketika diseduh air
panas, semata-mata disebabkan tingginya kadar minyak dalam mie (sekitar
20%). Desain pun dibuat berbeda. Yaitu dengan menambahkan gerigi di bagian atas cup, sehingga tak langsung panas di tangan. Selain itu, expandable polysteren yang digunakan mie instan cup telah
melewati penelitian BPOM dan Japan Environment Agency sehingga memenuhi
syarat untuk mengemas produk pangan. Berdasarkan penelitian tadi, kemasan ini aman digunakan.
4. Isu mie instan membuat anak menjadi bodoh
Pendapat ini jauh dari kebenaran. Tidak ada kaitan makan mie instan dengan kebodohan seorang. Kebiasaan mengonsumsi mie sama dengan mengkonsumsi nasi karena kandungan keduanya sama. Mie instan berbahan tepung gandum mengandung karbohidrat sama dengan
nasi, kentang dan sumber karbohidrat lainnya. Kalau makan mie
kombinasikan dengan makanan makanan yang lainnya yang berserat, berprotein dan bervitamin untuk memenuhi kebutuhan gizi yang lebih lengkap.
Sebaiknya jangan membuang air rebusan mie
pertama. Air rebusan yang pertama yang mengandung kandungan takaroten yang tinggi. Semua vitamin (dari
minyak dan bumbu) yang larut dalam air terdapat dalam air rebusan pertama
ketika memasak mie. Apabila air rebusan di ganti dengan air matang baru, semua
vitaminnya menghilang. Selain itu, minyaklah yang membuat mi (atau makanan
lain) lebih enak. Jadi air rebusan pertama tidak perlu dibuang. Dan kandungan
betakaroten juga tecoferol dalam minyak sangat berguna memenuhi kebutuhan
gizi.
5. Isu bumbu mie instan mengandung bahan pengawet yang berbahaya bagi kesehatan
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) tidak menyangkal bila mie instan produk Indonesia mengandung bahan kimia. Namun, kadarnya masih dalam batas yang wajar. Zat pengawet itu namanya methyl p-hydroxybenzoate atau lebih dikenal dengan nama Nipagin. Zat pengawet Nipagin ini berada dalam kecap yang merupakan bagian dari mie instan . Nipagin merupakan zat tambahan untuk mencegah jamur dan ragi. Dalam konsumsi yang berlebihan dapat terkena muntah-muntah dan resiko terkena penyakit kanker. Sebenarnya apapun yang terkandung bila dikonsumsi secara berlebihan akan berbahaya bagi kesehatan.
Dalam kecap dari produk mie instan, batas penggunaan Nipagin yang diizinkan adalah 250 mg per kilogram, dalam makanan lain kecuali daging, ikan dan unggas, batas maksimal 1.000 mg per kilogram. Di setiap negara, batas maksimum pemakaian nipagin berbeda. Di Amerika
Serikat, Kanada, dan Singapura, kadar maksimum nipagin adalah 1.000 mg
per kg. Adapun nipagin di Hongkong 550 mg per kg. Di Indonesia, Badan
POM telah menetapkan batas maksimal penggunaan nipagin 250 mg per kg.
Menurut BPOM, penggunaan nipagin pada mie instan yang beredar di
Indonesia saat ini masih dalam batas kendali. Hasil uji sampel kecap
pada mie instan yang mengandung nipagin dalam lima tahun terakhir
menunjukkan, tidak ada dari kandungan zat pengawet tersebut yang
melebihi batas maksimal.
No comments:
Post a Comment