Akhir-akhir ini obesitas menjadi banyak dibicarakan di media massa
setelah kematian artis dan komedian Indonesia Ade Namnung. Artis komedian ini meninggal karena terkena serangan jantung. Sebelum meninggal, Ade Namnung disarankan dokter untuk menurunkan berat badan hingga 70 kg. Ade Namnung menderita obesitas akut atau berada di level yang sudah
parah. Sehingga dari kegemukan yang dialaminya tersebut, dirinya menjadi
rentan terhadap penyakit seperti stroke dan serangan jantung. Bila sudah dalam kategori obesitas dan ingin menjaga kesehatan agar
kemungkinan terkena penyakit jantung dan stroke berkurang harus
menghindarkan faktor-faktor penyebab lainnya, seperti tidak merokok, dan
mengatur pola makan, disertai olahraga yang rutin. Tapi jika tidak, maka risiko terserang stroke dan jantung semakin besar.
Memiliki tubuh gemuk identik dengan kemakmuran. Semakin makmur seseorang,
biasanya akan semakin gemuk badannya. Begitulah anggapan sebagian besar
orang. Gemuk memang bisa menjadi simbol kemakmuran. Namun, dunia
kesehatan memiliki pandangan yang berbeda soal kegemukan. Gemuk justru
simbol buruknya kesehatan. Berbagai penyakit pun siap mengintai di balik
tumpukan lemak tersebut, mulai diabetes hingga penyakit kardiovaskular.
Obesitas adalah kelebihan berat badan sebagai akibat dari penimbunan lemak tubuh yang berlebihan. Setiap orang memerlukan sejumlah lemak tubuh untuk menyimpan energi,
sebagai penyekat panas, penyerap guncangan dan fungsi lainnya.
Rata-rata wanita memiliki lemak tubuh yang lebih banyak dibandingkan
pria.
Perbandingan yang normal antara lemak tubuh dengan berat badan adalah
sekitar 25-30% pada wanita dan 18-23% pada pria. Wanita dengan lemak tubuh lebih dari 30% dan pria dengan lemak tubuh lebih dari 25% dianggap
mengalami obesitas.
Obesitas
menjadi masalah global yang ditakutkan oleh sebagian besar orang yang
memiliki berat badan berlebihan. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2005 sekitar 1,6 miliar orang dewasa di atas usia 15 tahun mengalami
kelebihan berat badan, setidaknya 400 juta orang dewasa menderita
obesitas dan setidaknya 20 juta anak di bawah usia 5 tahun kelebihan
berat badan. Selanjutnya pada 2015 diperkirakan sekitar 2,3 miliar orang dewasa akan kelebihan
berat badan dan lebih dari 700 juta orang mengalami obesitas. Angka obesitas di negara-negara Eropa pun telah mencapai dua kali lipat dalam kurun waktu 20 tahun terakhir.
Amerika dan Inggris disebut-sebut sebagai negara dengan
kasus obesitas tertinggi di dunia. Bahkan, di Amerika kasus ini cukup
menyita perhatian Presiden Barack Obama. Untuk menekan jumlah angka obesitas ini, Barack Obama menandatangani
Healthy Hunger-Free Kids Act. Inilah undang-undang khusus yang disiapkan
untuk mengatasinya masalah obesitas pada anak. Undang-undang tersebut
mengatur layanan makan siang dan makan malam gratis di sekolah. Tentu
saja dengan menu makanan sehat yang sesuai dengan kebutuhan anak-anak. Dalam undang-undang ini, Obama juga menetapkan standar nutrisi untuk
semua makanan yang disediakan di kantin sekolah. Tak hanya itu, mesin
yang menjual makanan di kantin sekolah pun dikenai standar tertentu.
Saat ini Inggris tercatat
sebagai negara dengan tingkat obesitas tertinggi di dunia. Data
perwakilan Eurostat, yang meneliti di 19 negara, menemukan hampir
seperempat perempuan Inggris atau 23,9 persen tercatat mengalami
obesitas atau kegemukan pada 2008-2009. Sementara laki-laki yang
mengalami obesitas mencapai 22 persen. Untuk menurunkan angka obesitas di Inggris, Menteri Kesehatan Inggris
Andrew Lansley meluncurkan tawaran untuk mengurangi tingkat obesitas di
Inggris pada 2020. Lansley mengatakan, masyarakat harus lebih jujur
kepada diri sendiri mengenai jumlah makanan dan minumannya. Dia
mengatakan, seluruh penduduk Inggris harus mengurangi sekitar 5 miliar
kalori dalam makanan mereka per hari dari jumlah yang dikonsumsi
sekarang.
Denmark dalam melawan angka obesitas warganya, memberlakukan peraturan yang cukup unik, yaitu
memperkenalkan pajak lemak terhadap makanan yang mengandung lemak
jenuh tinggi. Pajak lemak ini disetujui parlemen pada bulan Maret tahun lalu. Pajak
ini berlaku untuk makanan dengan kandungan lemak jenuh lebih dari 2,3
persen. Hasil pendapatan dari pajak itu akan digunakan untuk membantu
mendanai upaya memerangi obesitas.
Malaysia adalah negara pertama di asia yang mengibarkan perang
melawan obesitas. Masalah obesitas di Malaysia telah mencapai tahap serius. Sekitar 60% rakyat Malaysia mempunyai masalah berat badan. Separuh dari
persoalan berat badan itu dikategorikan sebagai obesitas atau kegemukan. Akhir November tahun lalu, pemerintah Malaysia
menyusun Undang-Undang Antiobesitas. Mereka juga menurunkan subsidi
gula. Kementerian Pengajaran Malaysia juga akan melarang penjualan minuman bersoda dan makanan berminyak di kantin-kantin sekolah.
Baca juga :
Baca juga :
No comments:
Post a Comment