Saturday 4 February 2012

Ancaman Obesitas

Akhir-akhir ini obesitas menjadi banyak dibicarakan di media massa setelah kematian artis dan komedian Indonesia Ade Namnung. Artis komedian ini meninggal karena terkena serangan jantung. Sebelum meninggal, Ade Namnung disarankan dokter untuk menurunkan berat badan hingga 70 kg. Ade Namnung menderita obesitas akut atau berada di level yang sudah parah. Sehingga dari kegemukan yang dialaminya tersebut, dirinya menjadi rentan terhadap penyakit seperti stroke dan serangan jantung. Bila sudah dalam kategori obesitas dan ingin menjaga kesehatan agar kemungkinan terkena penyakit jantung dan stroke berkurang harus menghindarkan faktor-faktor penyebab lainnya, seperti  tidak merokok, dan mengatur pola makan, disertai olahraga yang rutin. Tapi jika tidak, maka risiko terserang stroke dan jantung semakin besar.

Memiliki tubuh gemuk identik dengan kemakmuran. Semakin makmur seseorang, biasanya akan semakin gemuk badannya. Begitulah anggapan sebagian besar orang. Gemuk memang bisa menjadi simbol kemakmuran. Namun, dunia kesehatan memiliki pandangan yang berbeda soal kegemukan. Gemuk justru simbol buruknya kesehatan. Berbagai penyakit pun siap mengintai di balik tumpukan lemak tersebut, mulai diabetes hingga penyakit kardiovaskular.

Obesitas adalah kelebihan berat badan sebagai akibat dari penimbunan lemak tubuh yang berlebihan. Setiap orang memerlukan sejumlah lemak tubuh untuk menyimpan energi, sebagai penyekat panas, penyerap guncangan dan fungsi lainnya. Rata-rata wanita memiliki lemak tubuh yang lebih banyak dibandingkan pria. Perbandingan yang normal antara lemak tubuh dengan berat badan adalah sekitar 25-30% pada wanita dan 18-23% pada pria. Wanita dengan lemak tubuh lebih dari 30% dan pria dengan lemak tubuh lebih dari 25% dianggap mengalami obesitas.

Obesitas menjadi masalah global yang ditakutkan oleh sebagian besar orang yang memiliki berat badan berlebihan.  Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2005 sekitar 1,6 miliar orang dewasa di atas usia 15 tahun mengalami kelebihan berat badan, setidaknya 400 juta orang dewasa menderita obesitas dan setidaknya 20 juta anak di bawah usia 5 tahun kelebihan berat badan. Selanjutnya pada 2015 diperkirakan sekitar 2,3 miliar orang dewasa akan kelebihan berat badan dan lebih dari 700 juta orang mengalami obesitas. Angka obesitas di negara-negara Eropa pun telah mencapai dua kali lipat dalam kurun waktu 20 tahun terakhir.

Amerika dan Inggris disebut-sebut sebagai negara dengan kasus obesitas tertinggi di dunia. Bahkan, di Amerika kasus ini cukup menyita perhatian Presiden Barack Obama. Untuk menekan jumlah angka obesitas ini, Barack Obama menandatangani Healthy Hunger-Free Kids Act. Inilah undang-undang khusus yang disiapkan untuk mengatasinya masalah obesitas pada anak. Undang-undang tersebut mengatur layanan makan siang dan makan malam gratis di sekolah. Tentu saja dengan menu makanan sehat yang sesuai dengan kebutuhan anak-anak. Dalam undang-undang ini, Obama juga menetapkan standar nutrisi untuk semua makanan yang disediakan di kantin sekolah. Tak hanya itu, mesin yang menjual makanan di kantin sekolah pun dikenai standar tertentu.

Saat ini Inggris tercatat sebagai negara dengan tingkat obesitas tertinggi di dunia. Data perwakilan Eurostat, yang meneliti di 19 negara, menemukan hampir seperempat perempuan Inggris atau 23,9 persen tercatat mengalami obesitas atau kegemukan pada 2008-2009. Sementara laki-laki yang mengalami obesitas mencapai 22 persen. Untuk menurunkan angka obesitas di Inggris, Menteri Kesehatan Inggris Andrew Lansley meluncurkan tawaran untuk mengurangi tingkat obesitas di Inggris pada 2020. Lansley mengatakan, masyarakat harus lebih jujur kepada diri sendiri mengenai jumlah makanan dan minumannya. Dia mengatakan, seluruh penduduk Inggris harus mengurangi sekitar 5 miliar kalori dalam makanan mereka per hari dari jumlah yang dikonsumsi sekarang.

Denmark dalam melawan angka obesitas warganya, memberlakukan peraturan yang cukup unik, yaitu memperkenalkan pajak  lemak terhadap makanan yang mengandung lemak jenuh tinggi. Pajak lemak ini disetujui parlemen pada bulan Maret tahun lalu. Pajak ini berlaku untuk makanan dengan kandungan lemak jenuh lebih dari 2,3 persen. Hasil pendapatan dari pajak itu akan digunakan untuk membantu mendanai upaya memerangi obesitas.

Malaysia adalah negara pertama di asia yang mengibarkan perang melawan obesitas. Masalah obesitas di Malaysia telah mencapai tahap serius. Sekitar 60% rakyat Malaysia mempunyai masalah berat badan. Separuh dari persoalan berat badan itu dikategorikan sebagai obesitas atau kegemukan. Akhir November tahun lalu, pemerintah Malaysia menyusun Undang-Undang Antiobesitas. Mereka juga menurunkan subsidi gula. Kementerian Pengajaran Malaysia juga akan melarang penjualan minuman bersoda dan makanan berminyak di kantin-kantin sekolah.


Baca juga :


No comments:

Post a Comment