Thursday 16 February 2012

Puasa Dan Kemoterapi Efektif Mengobati Kanker

Kanker adalah suatu penyakit yang ditandai dengan munculnya sel-sel yang tidak normal dan berkembang biak secara tidak terkendali di dalam tubuh. Kanker ini dapat menyebabkan banyak gejala yang berbeda, bergantung pada lokasi dan karakter keganasannya.  Kebanyakan kanker dapat menyebabkan kematian, bahkan kanker adalah salah satu penyebab utama kematian di negara-negara berkembang.  Pada umumnya kanker dapat disembuhkan, terutama bila perawatan dan pengobatannya dimulai sejak awal. Kanker biasanya dirawat dengan cara operasi, kemoterapi atau radiasi.


Kemoterapi adalah terapi pemberian senyawa kimia atau obat untuk mengurangi, menghilangkan atau menghambat pertumbuhan sel-sel kanker. Perawatan atau pengobatan kanker dengan cara kemoterapi sering digunakan untuk mengurangi ukuran kanker yang telah menyebar kebagian lain dari tubuh. Kemoterapi ini, selain bekerja dengan cara meracuni sel-sel yang tumbuh dengan cepat, pada saat yang sama juga menghancurkan pertumbuhan sel-sel sehat dalam sumsum tulang, saluran pencernaan dan  jaringan yang lain, dan juga dapat menyebabkan kerusakan pada organ-organ lainnya, seperti hati, ginjal, jantung, paru-paru dan lain-lain.


Pengobatan kanker agar memberikan hasil yang baik, pasien disarankan untuk berpuasa terlebih dahulu. Berpuasa dapat membantu melawan kanker dan meningkatkan efektifitas pengobatan. Peneliti menemukan bahwa berpuasa memiliki khasiat seperti kemoterapi ringan. Bila pasien berpuasa dan dikombinasikan dengan kemoterapi maka akan memberikan efek penyembuhan yang luar biasa.


Profesor Valter Longo, peneliti dari Universitas of Southerm California, Los Angeles,  pada tahun 2010 bersama rekan-rekannya mengamati 10 pasien kanker yang berpuasa. Dia menemukan bahwa pasien kanker yang berpuasa tersebut mengalami efek kemoterapi yang lebih ringan.  Selanjutnya penemuan terbaru yang dipublikasikan dalam jurnal Science Translational Medicine, mengungkapkan bahwa sel-sel tumor merespon puasa berbeda dengan dibandingkan sel-sel normal. Sel-sel tumor itu tidak memasuki keadaan yang tidak aktif seperti hibernasi, namum sel-sel ini terus tumbuh dan berkembang lalu menghancurkan dirinya sendiri.


Selanjutnya menurut Profesor Longo, bahwa sel-sel itu pada kenyataannya, sel melakukan bunuh diri. Apa yang kita lihat itu adalah bahwa sel-sel kanker berusaha untuk mengkonpensasi dari semua yang hilang di dalam darah setelah berpuasa. Kemungkinan sel-sel itu mencoba untuk mengantikannya, namun tidak bisa.


Profesor Longo bersama timnya melakukan penelitian dengan menyuntik tikus percobaan dengan sel kanker payudara, kanker kulit, tumor otak dan tumor ovarium yang ditemukan pada anak.  Selanjutnya tikus-tikus ini tidak diberi makan selama dua sampai tiga hari dan hanya diberikan minum. Hasilnya, ketika berpuasa tanpa kemoterapi menunjukkan adanya perkambangan yang lambat dari sel kanker payudara, kanker kulit melanoma, kanker otak glioma, dan neobalstoma.


Selanjutnya ketika berpuasa dikombinasikan dengan kemoterapi ternyata membuat pengobatan kanker menjadi lebih efektif. Beberapa siklus puasa yang dikombinasikan dengan kemoterapi dapat menyembuhkan 20% dari mereka dengan kanker yang agresif, sementara 40% penyebaran kanker dibatasi. Sedangkan  jika hanya dengan pemberian kemoterapi maka tidak ada seekor tikus yang menjadi obyek penelitian yang bisa bertahan hidup.


Hal ini sesuai pendapat William Saunders, Pakar Onkologi, University of Pittsburgh, Ketika berpuasa, sel kanker akan kelaparan karena tidak mendapat nutrisi yang diperlukan untuk tumbuh dan berkembang biak. Di bawah kondisi kelaparan ini, sel-sel normal berhenti membelah, tetapi-sel-sel kanker terus bertambah banyak sehingga menjadi lebih lemah dan mati karena obat-obat kemoterapi.


Meski demikian, para peneliti menegaskan bahwa berpuasa bisa berbahaya untuk pasien yang sudah kehilangan banyak berat badan atau dipengaruhi oleh faktor risiko yang lain, seperti diabetes.  Profesor Longo mengatakan bahwa studi ini hanya untuk menguji jika pasien bisa menoleransi puasa jangka pendek, yakni dua hari sebelum dan satu hari sesudah kemoterapi. Inipun terbatas pada pasien tertentu dan mereka juga harus bertemu dengan onkologis serta bertanya, apakah bisa berpuasa sambil kemoterapi.










No comments:

Post a Comment